Rendah Diri


Aku sekarang sedang merasa rendah diri. Aku sudah menjalani 3 semester dan ini masuk minggu kedua perkuliahanku di semester 4. Itu berarti bahwa aku sudah menjalani hampir separuh dari masa kuliahku di jenjang S1 ini.

Aku merasa belumlah berkembang seperti yang aku harapkan saat pertama kali masuk ke jurusan Ilmu Komunikasi. Aku masihlah seorang penyendiri yang sangat pengecut. Di saat teman-teman seangkatanku sudah banyak mengumpulkan pencapaian yang gemilang, aku masihlah di sini, di depan komputer memuntahkan kemuakanku terhadap diriku sendiri.

Ada orang bilang bahwa setiap orang memiliki waktunya sendiri, tapi kalimat itu justru malah membuatku semakin khawatir. bagaimana kalau aku justru kehabisan waktu dan tak bisa mencapai apa-apa di kehidupan ini. Baik, ada juga orang yang bilang bahwa manusia itu sebenarnya ga wajib sukses, emang siapa yang menuntutmu untuk berhasil? Menghadapi pertanyaan tersebut, maka aku akan menjawab dengan lantang bahwa dirikulah yang menuntutnya, aku tak mau jadi produk gagal.

Aku masih cukup sadar ketika menulis paragraf di atas. pernyataanku memang terkesan menuntut diriku sendiri, membuat hati merasa tak bahagia, tapi bukankah kehidupan memang adalah penderitaan. Kesulitan hidup mau kamu mengakuinya atau tidak akan datang menghampiri. Penderitaan tersebut pada akhirnya harus kamu tanggung, baik itu penderitaan yang kamu pilih sendiri atau dipilihkan oleh orang lain.

Hidup adalah pilihan. Kata banyak orang dan membuat kalimat berusan serasa kehilangan artinya yang sesungguhnya. Ketika kamu tak mau mengambil pilihan untuk dirimu sendiri maka orang lainlah yang akan menentukannya untuk dirimu, jadi kamu tak bisa menghindari untuk memilih sesuatu. Manusia adalah kumpulan dari pilihan-pilihan yang dia buat, termasuk kesalahan sebagai akibat dari pilihan yang dia ambil. Aku harus mengkui itu.

Sejatinya tak ada pilihan yang benar atau salah. setiap pilihan memiliki konsekuensi akibat yang harus diterima, baik itu bersifat positif maupun negatif. Aku merasa memiliki kewajiban untuk senantiasa memperingati diri. JADILAH MANUSIA! Aku berpikir maka aku ada.

Purwokerto, 15:08 WIB
3 Maret 2020 di KCU Unsoed.

Update 22 Oktober 2020.
Cilacap, 07.32 WIB.

Sekarang aku ada di minggu ke 6 perkuliahan semester 5. Bagimana rasanya melewati semester 4 dan separuh semester 5 beserta liburannya?

Jika belum tahu, tak lama setelah aku menulis sampah di atas. Dunia sedang tertimpa ujian pandemi Covid-19. Segala aktivitas publik dibatasi dan diberlakukannya kebijakan lockdown di Indonesia. Aku yang pada dasarnya sudah merasa tai, saat harus pergi dari zona nyaman merasa semakin useless. Aku kembali ke rumah orang tua yang disfungsional menurutku. Aku semakin merasa sedih tak jelas, perkuliahan semester 4 yang aku mulai dengan semangat pada akhirnya harus ditutup dengan rasa gagal.

Aku ada pengalaman pahit. Aku harus lebih sadar dan menghargai karya yang aku buat. Aku pernah menghapus akun google dan berdampak pada tugas yang telah aku kumpulkan secara online di google classroom hilang semua. Aku kelabakan dan bingung yang berujung sedih. Aku tidak punya back up lengkap dari tugas-tugas itu. Aku langsung marah pada diriku sendiri. Kenapa aku begitu payah menghadapi perkuliahan online ini. Hal lain juga terjadi di MK JME yang mana harus upload video reportase di youtube. Aku dengan bodohnya yang aku kira tugas itu sudah dinilai sebelum UTS ternyata di akhir semester ditanyakan. Video tersebut sudah aku hapus di Youtube dan aku tidak punya back up apapun. Syukurlah setelah aku coba aplikasi pengembali file yang sudah dihapus permanen di memori dapat mengembalikan video yang aku butuhkan. Tentu saja masih banyak lagi hal menyedihkan lainnya.

Aku merasa lelah untuk kekurangan input sentuhan manusia secara langsung. Yang aku lihat adalah manusia yang dibatasi pada layar monitor. Aku tidak bisa mengamati bahasa non-verbal kawan berbicara secara leluasa. Aku dibatasi melihat apa yang ingin kawan bicara tunjukkan padaku di layar, bukan apa yang apa adanya yang dia sendiri tak sadar lakukan tanpa layar.

Kuliah online ini semakin mempertebal dan mempersempit buble yang melingkupi diriku. Aku semakin terisolasi, semakin mundur dan tak berkembang diri ini. Realitas yang ada adalah realitas media saja. Realitas yang dipililah pilih untuk ditampilkan di layar. Aku muak dengan diriku sendiri yang tidak bisa merasa fit in di lingkungan. Aku marah dan sedih secara bersamaan. Kenapa aku sangat rapuh.

Tidak ada komentar untuk "Rendah Diri"