Krisis Menulis

Akhir-akhir ini saya mengalami satu fenomena berkarya yang sangat mengganggu. Saya tidak dapat menyalurkan gagasan secara runut dan jelas. Baru mulai menulis satu kata dan saya sudah merasa salah. Semuanya salah ketika saya berusaha tulis.

Saya sudah berusaha untuk mengorganisasikan ide, berusaha mempelajari keahlian teknis menulis dan lain sebagainya. Sayangnya saya tetap merasa ada yang kurang, saya merasa tulisan saya mengalamai kesalahan logika, saya mudah teralihkan, dalam arti tidak fokus dalam berpikir tentang sesuatu. Tak heran jika banyak tulisan yang saya hasilkan sangat-sangat dangkal dengan topik pemikiran yang terlalu luas sampai penulisnya sendiripun merasa kewalahan untuk memikirkan ulang apa yang ditulis sebelumnya.

Jika gejala mandek menulis ini berlanjut maka celakalah saya. Sebagai seorang mahasiswa yang dituntut untuk dapat mengekstrak pemikiran dan menyajikannya dalam bentuk gagasan tertulis, sudah wajib hukumnya bisa menulis. Menulis itu tidak sekedar merangkai kata menjadi kalimat, tapi perlu mencerminkan proses berpikir dari penulisnya. Di mana cerminan tersebut harus dapat dengan baik diterima oleh pembaca dengan kemungkinan kekeliruan pemaknaan yang kecil.

Saya merasa sebagai seorang yang buta huruf sekarang. Saya kesusahan untuk berpikir jauh, saya hanya memandang apa-apa dari permukaan tanpa bisa untuk menyelami apa yang ada di dasarnya. Saya merasa sedih untuk tidak bisa menulis. Saya harap kebutaan huruf ini segera bisa saya atasi. Entah dengan cara apa pun saya juga belum memikirkannya.

Saya hanya tahu berusaha, usaha untuk memperbaiki keahlian menulis sedikit-demi sedikit. Siapapun yang membaca tulisan ini, semoga kita semua dapat menulis secara baik. Aamiin.

Cilacap, 26 Mei 2020.

Tidak ada komentar untuk "Krisis Menulis"