Rangkuman buku Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni

 


1. Konsep hegemoni terkait pengembangannya terhadap filsafat praxis
Filsafat Praxis adalah suatu istilah yang dipakai oleh Gramsci untuk menyebut marxisme. Hal itu terjadi karena di dalam penjara, aktivitas Gramsci sebagai seorang pemberontak pada masa Mussolini terus disorot, dikontrol dan diawasi secara ketat. Tentunya kita perlu mengulas balik tentang poin-poin penting teori Marxian dan yang akhirnya menjadi titik keberangkatan teori-teori Gramsci.
Dalam marxisme terdapat dua hal penting yang dicetuskan oleh Marx dan Engels terkait mereka hidup pada masa dan situasi feodalisme dan kapitalisme yang konyol, yaitu materialisme dialektis dan materialisme historis. Materialisme dialektis lebih berkonsentrasi kepada masalah kontemplasi spiritual tentang pencarian asal-usul manusia dan dunia. Dialektis dalam hal ini lebih berarti satuan atau kumpulan perdebatan dan pertentangan. Dalam teori marxis hanya yang berwujud materi dan bersifat empiris yang dapat dipercaya, hal yang tidak kasat mata pun dianggap tidak ada. Sedangkan materialisme historis lebih mengarah atau terkonsentrasi pada masalah ekonomi yang akhirnya memuai ke arah sosial masyarakat. Dalam Das Kapital, Marx mencoba membagi kelompok masyarakat menjadi dua, yaitu kaum borjuasi dan proletarian. Jika pada masa feodalisme terdapat dua kelompok yaitu kelas pemilik tanah atau kelas feodal dan kelas penggarap tanah, pada masa kapitalisme kelas pemilik modal atau pemilik alat produksi disebut kaum borjuasi dan kelas pekerja disebut kaum proletarian. Pada masa kapitalisme, tenaga kerja dieksploitasi secara kejam dan tidak adil oleh pemilik modal (dalam teori Marxian disebut nilai lebih absolut). Pada fakta sejarah abad 19, buruh wanita dan anak-anak dipaksa bekerja selama 7-8 jam sehari tanpa diperhatikan kesehatan dan kesejahteraan mereka dan hanya diberi upah yang minim. Hal ini melahirkan sesuatu yang disebut determinisme ekonomi dimana Marx meyakini bahwa masyarakat digerakkan dan didorong oleh kekuatan-kekuatan produksi distribusi ekonomi dan untuk mempertahankan dan melegitimasi kekuasaannya dari tindakan-tindakan revolusioner arus bawah, kelas borjuasi menciptakan dan menggunakan Negara sebagai alat pertahanan.
Ada beberapa perbedaan antara teori marxisme klasik dan marxisme yang dicoba dikembangkan Gramsci. Dalam marxisme klasik, Marx meletakkan masyarakat sipil pada tingkat structure yang merupakan pondasi bagi tingkat superstructure atau Negara. Masyarakat sipil sendiri digerakkan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi. Bagi Gramsci, masyarakat sipil sebenarnya berada pada tingkat superstructure yang berarti berperan sebagai pelaku Negara. Bersama kelas-kelas berkuasa masyarakat sipil secara tidak sadar telah sepakat untuk melakukan penindasan terhadap kelas bawah. Perbedaan lainnya yang paling signifikan adalah masalah etos kerja atau metode perjuangan yang coba dilakukan untuk menghapus kekejaman kapitalisme dan mendirikan Negara sosialis. Seperti sudah dijelaskan di awal, bagi Gramsci Negara merupakan alat untuk mempertahankan dan melegitimasi kedudukan dan posisi kelas berkuasa secara moral dan konfensional. Maka dari itu, kita terlebih dahulu harus menyerang ideologi yang tidak kita sadari sudah mensucikan tindakan mereka terlebih dahulu ketimbang menyerang aparatus Negara secara frontal. Perjuangan ini dapat berjalan dengan baik jika kita dapat menyeragamkan dan menggiring kerangka berpikir dan tujuan masyarakat ke dalam suatu tujuan yang sama dan telah ditentukan. Agar penggiringan ini dapat berjalan dengan baik dan konfensional tanpa paksaan, menurut Gramsci perlu adanya sebuah wadah atau yang disebutnya dengan partai yang dipimpin oleh seseorang yang berkompeten dan telah disepakati pula (intelektual organik).
Dari pemaparan di atas, dapat kita tarik sebuah maksud dari teori hegemoni Gramsci sebagai alat perjuangan. Dengan hegemoni (penguasaan) terhadap sekelompok massa atau masyarakat secara bijaksana, kita tidak bermaksud bertindak totaliter dan semena-mena tetapi sekedar sebagai usaha untuk memanajemen sebuah pemberontakan agar lebih rapi dan terorganisir. Dengan demikian, kita dapat menghancurkan hegemoni Negara selama ini yang terselubung dan tidak kita sadari.



2.Jenis-jenis Hegemoni
a.Hegemoni total
Hegemoni yang secara efektif bekerja menyeluruh ke semua aspek kehidupan masyarakat sehingga mematikan inisiatif pemberontakan.
b.Hegemoni merosot
Hegemoni yang tidak cukup efektif dan tidak berhasil melumpuhkan kepatuhan seluruh masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat sebenarnya melihat banyak ketimpangan dan dalam diri mereka terdapat danyak ketidaksetujuan dan ketidaksepakatan namun tidak disertai dengan tindakan atau pemberontakan yang kongkret (passive resistance).
c.Hegemoni minimum
Hegemoni yang gagal ditanamkan ke masyarakat dan ditangapi dengan perlawanan dan pemberontakan.

3.Tiga jenis Taylorisme
Untuk mencoba menelaah dan memahami bagaimana cara kerja Negara sebagai alat hegemoni oleh kelas berkuasa, kita mencoba menilik kembali sejarah dimana hegemoni telah tercipta dan lahir di dalam lingkup pabrik Amerika pada abad-20. Seorang pengusaha Amerika sebagai pemilik pabrik mempunyai metode-metode hegemoni untuk mengamankan posisinya dan menghindari ketidakpuasan para buruhnya yang dikenal dengan nama Taylorisme.
a.Tiap buruh hanya bekerja pada bagian atau bidang masing-masing.
b.penyeragaman pikiran dan watak buruh agar bekerja secara otomatis-mekanis
c.Jika ada seorang buruh yang merasa tidak nyaman terhadap situasi kondisi sebenarnya dan berniat mengadakan pemberontakan, pihak pabrik akan menyuapnya dengan uang. Hal ini dapat dengan telak mematikan inisiatif perlawanan buruh tersebut.

4.Tiga batasan konseptual Gramsci untuk memisahkan masyarakat sipil dan masyarakat politik/ Negara.

a.Ekonomi
Dengan melihat keadaan ekonomi yang berbeda dari tiap-tiap individu, akan dapat digolongkan dan diklasifikasi penempatan dan tingkat kelas orang tersebut.
b.Negara
Tempat munculnya praktek-praktek kekerasan dalam dominasi Negara oleh apparatus Negara, misalnya polisi, tentara dan lain-lain untuk menegakkan sebuah birokrasi Negara.
c.Masyarakat sipil
Menunjukkan wilayah di luar masyarakat sebagai pelaku kegiatan ekonomi namun tidak berada dalam wilayah aparatus Negara, misalnya organisasi-organisasi masyarakat, lembaga agama dan lain-lain.

5.Dua jenis intelektual
Menurut Gramsci ada dua jenis intelektual atau pemimpin, yaitu intelektual organik dan intelektual tradisional. Intelektual organik adalah seseorang yang dapat memberikan kesadaran homogenitas bagi kelompoknya dan kelompok lain. Seorang intelektual organik harus merupakan seorang pioner, organisator, dan pejuang militan yang dapat membaca kompleksitas sebuah sistem produksi, berwibawa dan dapat membaur dalam partai atau dalam masyarakat. Sedangkan intelektual tradisional adalah seseorang yang sebenarnya berkompeten dan berpotensi untuk menjadi intelektual organik namun lebih memilih merdeka dan berotonomi atas dirinya sendiri atau tidak peduli.

6.Proses pencapaian Negara sosialis
Menurut siasat dan taktik revolusioner Gramsci, kita harus menyerang dan menggulingkan pemimpin Negara dan kelas berkuasa pada momen yang tepat. Ada saat yang dinamakan dengan nama “krisis hegemoni” dimana masyarakat kehilangan sosok kepemimpinan seorang pemimpin yang tidak dapat menyelesaikan problematika di masyarakat, khususnya di bidang sosial dan ekonomi. Setelah suasana yang labil dan tidak menentu mulai terjadi, dilakukanlah yang disebut “perang posisi” dimana kandidat pemimpin atau intelektual yang baru mulai dikedepankan untuk menyaingi pemimpin yang lama. Tentu saja pihak kelas yang berkuasa tidak begitu saja mau menyerahkan kekuasaan dan kedudukannya dan akhirnya menggunakan aparatus Negara dan cara-cara kekerasan untuk bertahan. Dalam teori Gramscian ada yang dinamakan dengan “survei yang tepat” dimana tiap Negara mempunyai siasat dan taktiknya masing-masing untuk mendirikan Negara sosialisme karena sistem politik dan keadaan ekonomi di tiap Negara berbeda-beda. Tentu saja hal ini berlawanan dengan yang diyakini oleh Marx dan Lenin dimana untuk melakukan kudeta kekuasaan, para buruh sedunia dan kaum bawah harus bersatu untuk melawan angkatan bersenjata milik Negara secara frontal. Menurut Gramsci, cita-cita kaum buruh sedunia untuk menciptakan atmosfer sosialisme secara universal tidak akan tercapai jika kaum buruh di Negara masing-masing tidak mampu membangun budaya sosialisme di negaranya sendiri terlebih dahulu. Perlu diingat, cara kerja produksi dan taktik kapitalisme di tiap Negara berbeda-beda, untuk itu cara perlawanannya pun berbeda-beda. Hal yang dapat dilakukan adalah membangun budaya proletarian di sekitar masyarakat dan Negara diikuti dengan “perang siasat” (war of maneuver) atau cara-cara kekerasan bersifat koersif jika pihak yang berkuasa tidak mau menyerahkan kekuasaannya.
Tetapi perlu diingat, setelah sosialisme mulai terwujud, intelektual dari partai harus tetap memimpin Negara. Jika pihak borjuasi yang kalah ingin membalas dendam dan merebut kembali kekuasaan, kaum sosialis dapat menggunakan cara kekerasan pula untuk mempertahankan kekuasaan.

7.aplikasi teori hegemoni Gramsci di Indonesia
Seringkali teori Gramsci disalahartikan oleh kaum-kaum bawah yang terpinggirkan di Indonesia sebagai alat perjuangan. Masyarakat tidak mencoba mengaitkan latar belakang lahirnya teori Gramsci dengan keadaan kapitalisme di Italia pada waktu itu. Perlu diingat bahwa kapitalisme di Italia pada masa itu adalah kapitalisme monopoli sehingga mampu menghegemoni seluruh aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang politik dan sosial, sedangkan di Indonesia hegemoni dari pihak berkuasa terutama pada masa orde baru bukanlah “hegemoni total” disertai kesepakatan dari masyarakatnya melainkan banyak disertai dengan tindakan-tindakan koersif dan pemaksaan-pemaksaan menggunakan kekerasan.

 

Tidak ada komentar untuk "Rangkuman buku Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni"