SPEECH CODES THEORY

 


Pengantar

Teori Speech Codes merupakan teori yang dicetuskan oleh Gerry Philipsen. Teori ini berisi mengenai cara bicara yang khas dari suatu budaya. Teori ini diciptakan dari adanya Philipse yang meneliti suatu daerah dalam beberapa waktu yang lama untuk etnografinya. Ia pun meneliti daerah Teamsterville dan Nacirema. Di Teamsterville, orang-orangnya sangatlah tertutu, seperti ketika makan mereka tidak boleh berbicara. Dan di Nacirema, orang-orangnya sangatlah terbuka, seperti ketika mereka makan mereka menggunakan kesempatan itu sebagai waktu untuk berbincang-bincang dan saling menceritakan masing-masing. Dari sanalah ia pun semakin mengembangkan teorinya bahwa setiap budaya mempunyai kode bicara yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya kebiasaan setiap budaya dalam melakukan suatu rutinitas. Teori ini berada dalam konteks komunikasi lintas budaya.

Teori Speech Codes

            Seperti yang sudah dijelaskan di bagian pengantar, teori Speech Codes berisi bahwa setiap budaya mempunyai kode bicara yang khas dan berbeda-beda. Sehingga apabila seseorang masuk menuju kebudayaan lain, maka ia harus mengetahui mengenai kode bicara dari budaya tersebut melalui komunikasi verbal, non verbal, dan perilaku serta pola komunikasi yang ada di dalam budaya tersebut.

Di dalam teori ini, terdapat enam proposisi yang bisa menjelaskan teori ini, proposisi tersebut adalah:

1.      The Distinctiveness of Speech Codes. Poin ini berisi bahwa setiap budaya mempunyai kode bicara yang khas dan berbeda-beda. Seperti contohnya adalah Teamsterville dan Nacirema yang mempunyai kode bicara yang berbeda-beda. Di teamsterville, orang-orangnya bersifat tertutup, dikarenakan mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang membuat sifat masyarakatnya menjadi tertutup. Berbeda dengan Nacirema yang orang-orangnya bersifat terbuka. Ini dikarenakan mereka mempunyai pikiran bahwa “apapun masalahnya, komunikasi adalah solusinya”. Oleh karena itu mereka lebih cenderung melakukan komunikasi sehingga orang-orangnya pun bersifat terbuka.

2.      The Multiplicity of Speech Codes. Poin ini berisi bahwa kode bicara bisa bersifat ganda. Contohnya seperti orang Jawa yang pergi ke Sunda, dikarenakan di Sunda mempunyai kode bicara yang berbeda, otomatis lama kelamaan ia akan mempunyai kode bicara yang ganda.

3.      The Substance of Speech Codes. Poin ini berisi mengenai substansi dari kode bicara, terdapat tiga substansi, yaitu:

a.      Psikologi, yaitu berisi bahwa setiap orang mempunyai kode bicara yang berbeda-beda

b.      Sosiologi, berisi bahwa kode bicara dilakukan untuk terjadinya suatu interaksi sosial

c.       Retorika, berisi bahwa kode bicara digunakan untuk menarik perhatian dan bersifat persuasif.

4.      The Interpretation of Speech Codes. Poin ini berisi mengenai apabila kita ingin mengetahui kode bicara suatu daerah atau budaya, kita harus mendengarkan apa yang mereka dengarkan dan respon seperti apa yang harus digunakan. Sehingga apabila dalam berkomunikasi, bisa berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan miskomunikasi karena kita sudah memahami kode bicaranya.

5.      The Site of Speech Codes. Poin ini berisi bahwa dalam setiap kode bicara terdapat istilah, aturan, dan premis yang khas dan berbeda-beda.

6.      The Force of Speech Codes in Discussions. Poin ini berisi mengenai kekuatan kode bicara dalam diskusi. Kekuatan dari kode bicara dalam diskusi adalah bisa memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol bentuk wacana dalam suatu komunikasi. Karena dengan mengetahui kode bicara lawan bicara kita dalam berkomunikasi, otomatis kita akan mengetahui topik apa yang harus kita bicarakan dengannya, jangan sampai kita memilih topik yang sensitif terhadapnya.

Catatan Kritis

Teori ini menjelaskan inti dan poin-poin nya dengan singkat dan jelas. Akan tetapi banyak ahli etnografi yang mengkritik teori ini. Ia juga dinilai tidak berhasil menjelaskan kode bicara dan kedok pola Nacirema, dan bahkan ia tidak menjelaskan dalam masyarakat Teamsterville.

Akan tetapi, menurut saya teori ini sudah cukup bagus. Karena teori ini menjelaskan mengenai komunikasi yang sebenarnya sering kita lakukan, akan tetapi tidak kita sadari. Oleh karena itu, dengan mempelajari teori ini, diharapkan kita dapat lebih memperhatikan kode bicara suatu budaya sehingga dapat berkomunikasi dengan baik.

Penerapan

Menurut saya, penerapan teori ini dapat diterapkan apabila kita akan meneliti ke sebuah daerah yang bukan merupakan budaya kita, ataupun kita yang akan pindah menuju budaya baru. Dengan belajar teori ini, kita bisa mengetahui bahwa setiap budaya mempunyai kode bicara yang berbeda-beda, sehingga apabila kita akan berbicara dengan orang yang mempunyai budaya yang berbeda, kita harus mengetahui kode bicara lawan bicara kita terlebih dahulu sehingga proses komunikasi yang terjadi bisa berhasil dan tidak menimbulkan miskomunikasi.

Contoh Kasus

Ketika saya yang berasal dari Tasikmalaya yang berbahasa Sunda, pindah ke Purwokerto yang berbahasa Jawa, saya merasakan adanya perbedaan kode bicara antara di Purwokerto dengan di Tasikmalaya. Meskipun kita berbicara menggunakan bahasa Indonesia, akan tetapi tetap terlihat perbedaan kode bicaranya. Orang-orang Jawa cenderung berbicara pelan dan nadanya menurun, sedangkan orang-orang Sunda bicaranya cenderung cepat dan nadanya menaik. Selain itu juga logatnya orang-orang di Jawa cenderung ngapak dan medok, seperti ada penekanan dalam berbagai huruf. Sedangkan orang-orang Sunda berbicara bahasa Indonesia dengan logat nyunda-nya.

Tidak ada komentar untuk "SPEECH CODES THEORY"