A Memory of Something, Someone, and Some Smith

Daftar Isi

 

30 Days Writing Challenge

Entah mengapa kebanyakan manusia sangat tertarik dengan pesona masa lalu, termasuk saya. Nostalgia mengenai masa-masa yang lampau dan celakanya banyak sekali detail memori yang tak dapat dikais. Mengenang hal yang ada dalam ingatan yang memang ingin atau yang bekesan saja. Otak manusia memang begitu, bias dan olengnya tak tertahankan.

Ingatan-ingatan yang dapat dipanggil ke masa sekarang bukanlah asli, tetapi hasil resepsi dan persepsi akan suatu suasana dan peristiwa yang dialami. Ada kenangan manis, kenangan pahit, kenangan asam, yang jarang itu kenangan asin dan kenangan gurih, haha. Nostalgia selalu jadi ajang bagi manusia untuk berhenti sejenak dari realitas masa sekarang yang seringnya memuakkan. Wahana eskapis yang murah lagi mudah untuk diakses seketika.

Sebuah ingatan adalah milik empunya sendiri, kadang terbagi dengan orang lain. Yang menarik adalah orang lain meski kita pandang berada pada field of knowledge yang sama dengan kita akan suatu peristiwa, dia sejatinya punya ingatan yang bisa jadi berbeda dengan ingatan kita. Seperti waktu dulu saya ingat momen berbahagia dengan seorang, tetapi orang itu justru menganggap momen itu hanyalah biasa, dan berakhir tak mampu untuk mengingatnya dengan mudah.

Saya jadi terbayang mengenai perkataan Sir Issac Newton, kita berdiri di bahu raksasa. Ingatan dan pengetahuan dari pendahulu disosialisasikan pada kita, dan kemudian pada gilirannya akan kita sosialisasikan lagi ke generasi selanjutnya. Alur itu terus berjalan hingga manusia terakhir di planet Bumi ini sempat dan mampu memperoleh pengetahuan itu. Saya tak bisa membantah juga bahwa banyak ingatan dan pengetahuan pendahulu yang hilang atau paling tidak terdistori.

Memori, seperti yang saya sampaikan di atas, adalah bersifat personal. Setiap orang memiliki versi mereka sendiri akan ingatan terhadap suatu peristiwa. Meski klaim dan usaha untuk membuktikan bahwa itu adalah fakta, tanpa artefak nyata maka itu terasa hanya mitos saja. Bersyukurlah masa ini sudah ada teknologi untuk menangkap sebagian wajah waktu yang bisa dibilang mendekati apa adanya.

Pembahasan ini mengingatkan saya akan kisah seorang penulis yang mengirimkan cerpen pada suatu penerbit di kota. Isi cerpenya sederhana saja, menceritakan mengenai apa yang dia ingat dari pengalaman masa kecilnya di daerah tempat tinggalnya. Kamu tahu apa balasan dari penerbit itu? Naskah cerpen tersebut ditolak karena penerbit beranggapan bahwa isinya tak masuk akal. Padahal sang penulis mengklaim bahwa apa yang dia tulis merupakan representasi dari kejadian nyata yang pernah dialaminya. Ada yang bisa jawab siapa gerangan nama penulis yang saya ceritakan di atas? Beliau itu termasuk penulis yang karyanya saya sukai dengan nikmat.

Note: Saya menulis ini ditemani alunan lagu bertajuk I'm Not The Only One.
Lagu yang dinyanyikan oleh Sam Smith itu cukup berkesan buat diriku pribadi. Aku tahu lagu itu sewaktu baca novel dari Crowdstoria mengenai perselingkuhan dalam Rumah Tangga pasangan muda yang berprofesi sebagai arsitek.

Posting Komentar